Iklan

Iklan

,

Inovasi Baru FK Unhas: Lawan Tuberkulosis dengan Terapi Inhalasi yang Lebih Efektif dan Minim Efek Samping

Tim Redaksi
1 Okt 2025, 10/01/2025 05:25:00 AM WIB Last Updated 2025-10-01T12:47:10Z

UJUNGPENAMEDIA.COM,MAKASSAR--Sebuah tim peneliti muda dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (FK Unhas) mengembangkan terobosan baru dalam penanganan Tuberkulosis (TB). Rabu 1 Oktober 2025


Melalui penelitian berjudul "Efektivitas kombinasi Allicin dengan Obat Anti Tuberkulosis melalui Targeted-killing dalam Pengobatan Tuberkulosis Sensitif Obat Sediaan Nanoparticle Lipid Carrier Mannose Inhalation", mereka menguji efektivitas pemberian obat TB melalui rute inhalasi atau hirup, yang diharapkan dapat mempersingkat durasi pengobatan dan meminimalisir efek samping yang selama ini menjadi kendala. 


Penelitian yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI ini digawangi oleh lima mahasiswa berprestasi. 


Tim tersebut menamakan diri mereka Matra-TB yang diketuai oleh M. Fadlan Abdillah, dengan anggota Muh. Yusuf Raihan, A. Sabila Aprilia, Nabila Gina dan Suci Apriliana. Mereka dibimbing langsung oleh pakar mikrobiologi klinik, Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D., Sp. MK (K). 


Latar belakang penelitian ini berangkat dari kondisi memprihatinkan dimana Indonesia masih menduduki peringkat kedua negara dengan beban TB tertinggi di dunia. 


Pengobatan standar yang diberikan selama ini adalah Obat Anti Tuberkulosis (OAT) oral yang terdiri dari Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol.


 Sayangnya, regimen obat ini menimbulkan berbagai efek samping sistemik yang serius, seperti gagal hati, urin berwarna merah, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta efek neurotoksik. 


"Efek samping inilah yang sering menyebabkan pasien putus obat, sehingga menimbulkan kekebalan kuman TB yang lebih sulit untuk diatasi," jelas M. Fadlan Abdillah, Ketua Tim Matra-TB. 


Fokus penelitian "Matra-TB" adalah mengombinasikan senyawa alami Allicin dari bawang putih dengan keempat OAT standar. Kombinasi ini kemudian diujikan melalui dua rute pemberian yang berbeda oral konvensional dan inhalasi. 


Tujuannya adalah untuk melihat apakah terapi inhalasi dapat memberikan efektivitas yang lebih tinggi dengan toksisitas yang lebih rendah. 


"Penelitian ini berpotensi mengatasi permasalahan putus obatnya penderita TB akibat durasi pengobatan yang lama serta banyaknya obat oral yang perlu mereka minum," tambah Fadlan. 


Hingga saat ini, tim telah melakukan pengujian pada model hewan tikus yang diinduksi TB. Mereka mengamati tiga parameter utama: durasi pengobatan yang diperlukan, tingkat toksisitas atau kerusakan pada organ hati, serta respons imun yang ditunjukkan oleh tikus percobaan. 


Jika terbukti berhasil, inovasi terapi inhalasi ini bukan hanya akan menjadi angin segar bagi jutaan pasien TB di Indonesia, tetapi juga dapat merevolusi protokol pengobatan TB global dengan menawarkan opsi yang lebih cepat, lebih targeted ke paru-paru (organ utama TB), dan jauh lebih ramah bagi tubuh pasien. (*)


Iklan